GAMBARAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU TENTANG ROKOK

Post a Comment
BAB I : PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era globalisasi semua negara dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya yang dimilikinya agar dapat bersaing dan mampu mengantisipasi perubahan.Begitu pula dengan indonesia,meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki merupakan suatu keharusan yang tidak bisa di tunda lagi.Hal ini dimaksudkan agar indonesia memiliki daya saing dengan negara lain dalam menghadapi globalisasi.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah dengan meningkatkan pembangunan kesehatan.Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam indeks pengetahuan masyarakat yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat cerdas,terampil,dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.Dengan perkataan lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan sendiri.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal banyak faktor yang mempengaruhinya faktor yang paling besar pengaruhnya adalah pengetahuan dan faktor lingkungan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (kamus besar bahasa indonesia,2003).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hal yang mendasari seseorang dalam berperilaku.Demikian pula dalam kesehatan,Prilaku seseorang dalam kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap prilaku kesehatan tersebut.
Selain pengetahuan,faktor lain yang tidak kalah pentingnya berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan adalah prilaku.
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Di dalam suatu pembentukkan dan atau perubahannya prilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bersal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri (www.wikipediaindonesia).
Dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan untuk pengetahuan dan prilaku yang tidak sehat maka salah satu upaya pemerintah adalah dengan memberikan tambahan pengetahuan melalui program promosi kesehatan, terutama bagi penderita TB yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dan masalah TB ini sering dikaitkan dengan gaya hidup penderita TB salah satunya adalah kebiasaan merokok.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberkulosis) .Sebagian besar kuman TB menyerang paru.tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Departemen kesehatan,2001).
Meskipun seseorang telah divonis menderita TB,terkadang mereka tidak berhenti dalam menjalani gaya hidup, yang mereka jalani sebelum terjangkit penyakit TB.Dalam hal ini adalah kebiasaan merokok.
Meskipun semua orang tahu bahaya yang di timbulkan akibat rokok,prilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan prilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat.Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan dan diantaranya nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril bahar, 2002).
Penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara prevalensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasan merokok.Mereka yang merokok 3-4 kali lebih sering positif tesnya,artinya 3-4 kali lebih sering terinfeksi TB daripada yang tidak merokok.
Menurut (WHO : 2006) jumlah kasus TB di dunia tahun 2020 akan meningkat menjadi 11 juta jiwa, artinya 200 juta kasus TB dalam dua dekade pertama abad 21 ini.


Hal serupapun terjadi di kabupaten Sumedang penderita TB setiap tahunya selalu mengalami peningkatan.pada tahun 2003 penderita TB sebanyak 424, pada tahun 2004 penderita TB sebanyak 541, pada tahun 2005 penderita TB sebanyak 858, pada tahun 2006 penderita TB sebanyak 730, dan data yang diperoleh terakhir pada tahun 2007 yaitu sebanyak 587 orang penderita TB (Profil Dinas kesehatan Sumedang).
Sedangkan data yang diperoleh dari salah satu puskesmas di kecamatan jatinunggal jumlah penderita TB secara keseluruhan adalah sebanyak 18 orang (Profil puskesmas jatinunggal, 2008).
Atas dasar alasan-alasan tersebut diatas maka penulis merasa tertarik untuk membuat penelitian dengan judul :”GAMBARAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU TENTANG ROKOK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009”

1.2 Rumusan masalah
Dari data tersebut diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan TB Paru Tentang Rokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatinunggal Kabupaten Sumedang Tahun 2009”
2.3 Tujuan
2.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB paru tentang rokok di wilayah kerja puskesmas Jatinunggal kabupaten Sumedang tahun 2009.
2.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB paru terhadap kebiaasaan merokok berdasarkan pengertian rokok
2. Mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB paru terhadap kebiasaan merokok berdasarkan bahan yang terkandung dalam rokok.
3. Mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB paru terhadap kebiasan merokok berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh rokok
4. Mengetahui gambaran pengetahuan penderita TB paru terhadap kebiasan merokok berdasarkan Klasifikasi perokok
2.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan sebagai sarana dalam penerapan ilmu pengetahuan yang telah penulis peroleh selama pendidikan untuk diterapkan di tempat pelayanan kesehatan.
b. Bagi institusi pendidikan
Menambah pembendaharaan bacaan dan referensi informasi di kalangan akademis sebagai dasar pemikiran dan pengembangan penelitian selanjutnya
c. Bagi dinas kesehatan/ puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi guna meningkatkan kualitas dalam pengembangan program pemberantasan TB paru.
d. Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dalam pemilihan materi penyuluhan dan metodologi penyuluhan kesehatan di masyarakat khususnya mengenai TB paru

BAB II : TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui: kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) karena dari hasil pengalaman dan hasil penelitian terbukti bahwa prilaku yang didasari pengetahuan sifatnya akan lebih langgeng jika dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).


Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehensio)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.
3. Aplikasi (Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari.
4. Analisis (Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen.
5. Sintesis (Synthesis )
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu matari atau objek.


Menurut (Nanda,2005) bahwa faktor faktor yang tarkait dengan kurang pegetahuan adalah sebagai berikut :
· Keterpaparan terhadap informasi
· Daya ingat
· Interpretasi informasi
· Kognitif
· Minat belajar
· Kefamiliaran akan sumber informasi
2.2 Konsep TB Paru
2.2.1 Pengertian TB paru
Tuberkulosis paru adalah infeksi kronis akut atau sub akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis.Infeksi ini dapat terjadi di seluruh tubuh namun tersering pada jaringan paru (Mansjoer Arif,2002).
TB paru adalah penyakit kronik menular yang disebabkan oleh M.Tuberkulosis yang ditandai oleh jaringan granulasi nekrotik (perkijuan) sebagai respon terhadap kuman tersebut (www.Dinas kesehatan RI,2006 ).
Menurut (Dinas Kesehatan RI,2001) penyakit TB paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosa) dan menyerang paru.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit TB paru adalah penyakit menular langsung yang diakibatkan oleh Mycobacterium tuberkulosa yang ditandai oleh jaringan granulasi nekrotik (perkijuan) sebagai respon terhadap respon kuman tersebut.
2.2.2 Etiologi
Menurut (Mansjoer Arif, 2002) penyebab TB paru adalah sebagai berikut :
· Mycobacterium tuberkulosis (terbanyak)
· Mycobacterium bovis
· Mycobacterium kansasi
· Mycobacterium intraceluler
2.2.3 Klasifikasi kuman TB paru
· Populasi A
Dalam kelompok ini kuman tumbuh dan berkembang biak secara terus-menerus dengan cepat.Kuman-kuman ini banyak terdapat pada dinding/lesi yang PH nya netral
· Populasi B
Dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat lambat dan berada dalam lingkungan asam.Lingkungan asam ini melindungi kuman terhadap obat anti tuberkulosis tertentu.
· Populasi C
Pada kelompok ini kuman berada dalam keadaan dormant(tidak ada aktivitas).Hanya kadang-kadang kuman ini mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu singkat.
· Populasi D
Dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman yang sepenuhnya bersifat dormant,sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat anti tuberkulosis.Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh itu sendiri.
2.2.4 Patofisiologi
Secara patogenesis,bahan lipid dan karbohidrat dinding M.Tuberkulosa dapat meningkatkan virulensi dengan menghalangi fungsi fagolisosom,sehingga bakteri dapat bertahan dalam sel.
TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantai oleh sel.Sel efektor adalah makrofag dan limfosit (sel T) merupakan sel imunuresponsif.Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinya.Sehingga reaksi hipersensitivitas yang terjadi saat proses inflamasi adalah reaksi hipersensitivitas lambat(tipe IV).Reaksi terhadap basil tuberkel ini terbentuk dalam 2-4 minggu setelah infeksi awal.Individu yang tersensitisasi akan menunjukkan reaksi indurasi yang berlebih(> 5 mm) pada tes PPD.Namun hasil tes positif hanya menunjukan sensitifitas, bukan penyakit aktif.Setelah sensitisasi terjadiselama fase infeksi, reaksi peradangan non spesifik berubah menjadi granuloma yang sering disertai nekrosis kaseosa.Peningkatan resistensi terjadi berupa kemampuan menghambat replikasi kuman intraseluler.
Jika dilihat dari pajanan terjadinya penyakit,tuberkulosa terbagi menjadi 2,yaitu primer dan post primer
· Primer
Bentuk ini terjadi pada penderita yang sebelumnya tidak pernah terpapar dengan kuman tuberkulosis atau pada saat orang pertama kali terpapar kuman TB.
· Sekunder
Tuberkulosis post primer menunjukkan infeksi aktif pada penderita yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi.Post primer terjadi beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer(akibat penurunan daya tahan tubuh,infeksi HIV,status gizi buruk).(Brunner,Suddart :2000)
2.2.4 Gejala-gejala Tuberkulosis
Menurut (Departemen kesehatan RI, 2001) gejala yang muncul pada penderita TB paru adalah sebagai berikut:
· Batuk terus-menerus dan berdahak selam 3 minggu atau lebih
· Dahak bercampur darah
· Sesak nafas dan rasa nyeri dada
· Badan lemah,nafsu makan menurun,berat badan turun,rasa kurang enak badan,berkeringat malam walau tanpa kegiatan,demam meriang lebih dari sebulan.


2.2.5 Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
· Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipopolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
· Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkhial.
· Bronkhiektasis dan fibrosis pada paru.
· Pneumotoraks spontan : kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru.
· Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal, dan sebagainya.
· Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary
Insufficiency)
2.2.6 Tipe Penderita
· Kasus baru
· Kambuh
· Pindahan
· Kasus berobat setelah lalai
· Gagal
· Kronis

2.2.7 Pengobatan Tuberkulosis
· Isoniazid (H)
· Rifampisin (R)
· Pirazinamid (Z)
· Streptomisin (S)
· Etambutol (E)
2.3 Konsep Dasar Rokok
2.3.1 Pengertian

Meskipun semua orang tahu bahaya yang di timbulkan akibat rokok,prilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan prilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat.Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan dan diantaranya nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril bahar, 2002).
Menurut (WHO, 2005 ) menyebutkan satu dari sepuluh kematian pada orang dewasa disebabkan oleh penggunaan tembakau. Penggunaan tembakau menyebabkan 5,4 juta kematian atau rata-rata 1 kematian setiap 6 detik.Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (www.wikipedia.com).
2.3.2 Kandungan Dalam Rokok
Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida
· Tar adalah substansi karbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
· Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah dan ini mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.Nikotin akan meningkatkan zat kimia otak yang disebut dopamin yang akan membuat anda merasa senang,dopamin inilah yang mengakibatkan proses kecanduan tersebut.
· Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.
2.3.3 Dampak rokok
Menurut (Departemen kesehatan RI, 2008 ) dampak dari rokok adalah sebagai berikut :
· Aktivitas otak dan sistem syaraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian menurun
· Perasaan euporia ringan
· Merasa relaks
· Meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung
· Menurunnya aliran darah ke anggota badan
· Asam lambung meningkat
· Menurunya nafsu makan
· Berkurangnya indera pengecap dan pembau
Sedangkan efek jangka panjang dari penggunaan tembakau adalah timbulnya berbagai penyakit antara lain :
· Kecanduan nikotin
· Berbagai macam kanker,terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan, leher, payudara, kandung kemih, pangkreas dan lambung.Dari 6 pria perokok 1 akan menderita kanker paru.
· Penyakit jantung dan pembuluh darah : stroke dan penyakit pembuluh darah tepi
· Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan(Bronkhitis), penyaklit paru obstruktif kronis
· Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.
· Katarak
· Gangguan kognitif (daya pikir) : lebih rentan terhadap penyakit al-zhaimer (pikun), penyusutan otak
· Impotensi
2.3.4 Perokok Aktif Dan Pasif
Menurut (Departemen kesehatan,2008).Perbedaan antara perokok aktif dan perokok pasif adalah sebagai berikut :
· Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun walaupun itu Cuma satu batang dalam sehari, atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok Cuma sekedar menghembuskan asap walau tidak dihisap masuk kedalam paru-paru.
· Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tetutup dengan orang yang sedang merokok.
2.4 Rokok dan Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TB) dan kebiasan merokok merupakan dua masalah besar di dunia,dan keduanya merupakan agenda penting WHO dewasa ini.Keduanya juga merupakan semacam paduan dari gambaran penyakit menular penting (Tuberkulosis paru)serta kebiasaan merokok yang banyak berhubungan dengan kejadian penyakit tidak menular,seperti penyakit jantung, asma, dan kanker paru.Yang kemudian jadi menarik karena ternyata ada hubungan antara kebiasan merokok dengan penyakit infeksi,dalam hal ini tuberkulosis paru.Hal ini jadi amat penting khususnya bagi indonesia yang merupakan penyumbang kasus TB ke 3 terbanyak di dunia dan juga memilki jumlah perokok nomor 5 paling besar di dunia (WHO, 2005).
Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan rokok dan penyakit TB paru menunjukkan adanya bermakna antara prevalensi reaktifitas tes tuberkulin dan kebiasaan merokok.Mereka yang merokok 3-4 kali lebih sering positif tesnya, artinya 3-4 kali sering terinfeksi TB daripada yang tidak merokok.


Dari penelitian lain juga ditemukan bahwa TB paru pada perokok lebih menular daripada penderita TB yang tidak merokok, kebiasaan merokok juga merupakan faktor dalam progresifitas tuberkulosis paru dan terjadinya fibrosis.Secara umum, perokok ternyata lebih sering menderita dan kebiasaan merokok memegang peran penting sebagai faktor penyebab kematian pada TB.Kebiasaan merokok membuat seseorang menjadi lebih mudah terinfeksi tuberkulosis,dan angka kematian akibat TB akan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Menurut (www.Departemen kesehatan.com) kebiasaan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut Muccociliary Clearance.Bulu-bulu getar dan bahan lain di paru tidak mudah “membuang” infeksi yang sudah masuk karena bulu getar dan alat lain di paru rusak akibat asap rokok.Selain itu,asap rokok meningkatkan ketahanan jalan nafas (airway resistance) dan menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru, juga akan merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memakan bakteri pengganggu.Asap roko juga diketahui dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga kalau ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan.Secara biokimia asap rokok juga meningkatkan sintesa elastase dan menurunkan produksi antiprotease sehingga merugikan tubuh kita.
Perlu diketahui bahwa kebiasan merokok meningkatkan angka kematian akibat TB sebanyak 2,8 kali.Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan peran merokok untk meningkatkan kematian akibat penyakit jantung sisitemik (1,6 kali) dan penyakit cerebrovaskuler (1,5 kali),walaupun memang jauh lebih rendah dari perannya mengakibatkan kematian akibat kanker paru yang 15 kali lebih sering pada perokok jika dibandingkan dengan yang bukan perokok (www.Departemen kesehatan, 2006).

2.5 Definisi Operasional



2.6.Kuesioner
1.Apakah penderita TB paru tahu mengenai pengertian rokok?
   a.cukup            b.ya           c.tidak
2.Apakah penderita Tb tahu dampak yang ditimbulkan dari rokok?
    1.Ya            2.Tidak
3.Apakah penderita TB paru dapat menyebutkan salah satu dampak
dari rokok?
    1.Ya           2.Tidak
4.Apakah penderita TB paru tahu bahwa merokok dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi penyakitnya?
    1.Ya        2.Tidak
5.Apakah penderita TB paru tahu zat yang terkandung dalam rokok?
    1.Ya        2.Tidak
6.Apakah penderita TB paru dapat menyebutkan salah satu zat yang terkandung dalam rokok?
    1.Ya        2.Tidak
7.Apakah penderita TB paru tahu bahwa nikotin dapat memicu terjadinya kanker paru?
    1.Ya        2.Tidak
8.Apakah penderita TB paru dapat menyebutkan 2 jenis perokok?
    1.Ya        2.Tidak
9.Apakah penderita TB paru dapt menjelaskan mengenai 2 jenis perokok?
    1.Ya        2.Tidak
10.Apakah TB paru dapat mengklasifikasikan dirinya ke dalam 2 jenis perokok?
    1.Ya        2.Tidak

BAB III : METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriftif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang objektif.Metode penelitian deskriftif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo,2002).
Desain penelitian yang digunakan adalah crossectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang masuk resiko atau variabel bebas dan variabel-variabel yang termasuk efek atau variabel terikat diobservasi sekaligus pada waktu yang sama saat ini (Notoatmodjo,2002).
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.Definisi lain menggatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri ,sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu (Notoatmodjo,2002).
Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya,variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel
tergantung atau variabel akibat atau defenden, dan variabel bebas, sebab mempengaruhi variabel independen.


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Jatinunggal Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang.
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
3.Populasi dan Sampel Penelitian
a) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah penderita TB di Wilayah kerja Puskesmas Jatinunggal pada tahun 2008 yaitu sebanyak 25.
b) Sampel
Jumlah penderita TB di desa Banjarsari adalah sebanyak 25 orang, maka sampel yang diambil adalah sejumlah populasi yaitu sebanyaj 25 orang.Dengan demikian tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik sampling jenuh.Maksud dari tekhnik ini menurut (Sugiono,2002) adalah “tekhnik yang digunakan untuk menentukan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.
3.3 Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu kuesioner untuk mendapatkan data primer dari responden, sedangkan data sekunder didapatkan dari pemegang program TB Puskesmas Jatinunggal.
Inklusi dan Eklusi Penelitian
a. Inklusi
Inklusi adalah kriteria penentu atau sasaran yang digunakan untuk dijadikan sampel penelitian.Sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Penderita TB
2) Penderita TB yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Jatinunggal.
b. Eklusi
Eklusi adalah kriteria atau sasaran yang tiadak digunakan sampel dalam penelitian ;
1) Bukan penderita TB
2) Tempat tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Jatinunggal.


3.4 Tekhnik Pengumpulan Data
1. Pengujian validitas instrumen
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto (1995:3).Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono, 2004 : 137). Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang hendak diukur ( Ketepatan ).

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Metode pengujian reliabilitas instrumen ini dapat digunakan sebagai alat ukur dapat memperoleh alat ukur yang ajeg.
3.5 Pengolahan Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi sesuai dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing yaitu dilakukan penyuntingan data yang telah terkumpul dengan cara memeriksakan kelemgkapan pengisian, kejelasan pengisian dan adanya kesalahan jawaban dari setiap kuesioner yang diisi oleh responden.
2. Coding adalah proses pemberian kode pada tiap variabel dengan tujuan untuk memudahkan dalam analisis.
3. Prosesing adalah proses analisa data yang telah terbentuk angka menggunakan komputer dengan perangkat software SPSS for windows 10.05.
4. Cleaning adalah memeriksa kembali data yang telah di entri ke dalam komputer untuk memastikan kebenaran data.
3.6 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti, baik variabel dependen atau independen.












Alwi, Hasan., Sugono, Dendi., Adiwirmata, Sri Suseki., 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depertemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Jakarta
Nanda., 2005. Nursing diagnoses: definitions and classification 2005-2006. Nanda International, Philadelpia.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta.
Lukmanulhakim_Ners
Saya seorang perawat di RS TNI AD Dustira Cimahi

Related Posts

Post a Comment